Minggu, 23 Januari 2011

Beranda » Hunian Sejuk Tanpa AC

Hunian Sejuk Tanpa AC

Perubahan iklim di Indonesia seolah mengharuskan kita mencari trik untuk mengakali kadar panas yang masuk ke dalam rumah. Tak ayal, air conditioner (AC) kerap dijadikan salah satu solusi. Padahal, rumah tetap bisa sejuk walau tanpa AC.


Arsitek Briyan Talaosa mengungkapkan, sebenarnya bisa saja rumah tidak menggunakan AC sama sekali. Dengan catatan, rumah tersebut memiliki banyak bukaan seperti jendela atau bouven untuk jalur sirkulasi angin.

”Tapi, untuk daerah seperti Jakarta yang panasnya cukup menyengat, agaknya cukup sulit. Karena bila bukaan banyak, pasti debu yang masuk akan banyak pula. Tak heran, pilihan untuk tidak memakai AC lebih banyak diaplikasikan pada daerah yang sejuk atau minim polusi debu. Jarang (terjadi) kalau di Jakarta,”

Hal serupa dikatakan arsitek Andry Hermawan. Menurut dia, rumah tanpa menggunakan AC total bisa saja. Namun, semua bergantung pada iklim, lokasi, topografi, serta koordinatnya, termasuk di zona area manakah rumah tersebut? ”Mungkin bisa difokuskan pada rumah-rumah di Jakarta. Sebab, mayoritas yang menggunakan AC adalah warga di daerah Jakarta. Maka itu, kita harus pintar menyiasatinya,”

Ada sejumlah strategi dalam hal mendesain rumah tanpa AC. Yang pertama dimulai dari bagian atas. Andry mengatakan, sebaiknya rumah memiliki kemiringan yang cukup. Tujuannya selain menghindari kebocoran, juga menciptakan volume ruang yang lebih besar untuk heat transmission loss-nya.

Soal kemiringan atap cenderung bervariasi, mulai yang sangat landai sampai paling curam. Semua bergantung material yang dipakai untuk finishing penutup atap tersebut.

Contoh, sebut Briyan, dari dak beton Anda bisa merancang atap yang cenderung datar. Datar dalam arti kemiringannya nyaru. Yang terpenting air tidak tergenang. Sementara untuk jenis bahan penutup yang terbuat dari asbes dan polycarbonate, kemiringannya bisa dimulai dari sekitar 10 derajat. Contoh bahan penutup lain, metalroof, Anda bisa memulai di kemiringan 15 derajat.

”Sebaiknya pilih bahan penutup atap yang memiliki kemampuan memantulkan panas. Misalnya genting tanah liat atau beton yang berglazur,”

Rancang bukaan adalah strategi selanjutnya. Caranya dengan memperhatikan temperatur ruang yang dirasakan oleh penghuni. Andry mengatakan, menurut ilmu fisika, bangunan yang berada dalam zona nyaman biasanya memiliki temperatur udara berkisar antara 22–30 derajat Celsius. Selain itu, dengan mengetahui kecepatan dan volume angin yang masuk ke dalam rumah. Cara perhitungannya dengan menganalisa besarnya inlet, yaitu banyak bukaan udara masuk dan outlet atau banyak bukaan udara keluar.

Selanjutnya adalah lokasi rumah dan lingkungan. Kedua hal tersebut merupakan faktor penentu untuk mengetahui letak bukaan yang tepat pada suatu rumah. Misalnya, Andry menyebutkan, rumah Anda terletak di area perumahan. Maka yang harus Anda perhatikan adalah bagian sebelah kiri dan kanan rumah, apakah bangunannya lebih tinggi atau lebih rendah? Bila bangunan lebih tinggi, cari posisi bukaan yang arah anginnya tidak terhalang oleh bangunan tersebut. Begitu pun dengan kecepatan angin. Kecepatan angin di sini bisa menentukan faktor vegetasi atau tanaman yang bakal digunakan.

Menurut Briyan, soal teknis menyiasati bukaan bukan menjadi hal yang sulit. Persoalan justru terletak pada lokasi bangunan atau hunian yang Anda desain ataupun tempati. Untuk itu, setiap ruang yang terbuka sebaiknya bersinggungan langsung dengan ruang terbuka. Caranya, dengan mendesain dua bukaan pada dua dinding yang berseberangan supaya angin bisa ada flow-nya.

Perhatikan pula tinggi plafon di dalam rumah. Briyan menuturkan, semakin tinggi ceiling, tentu panas dari luar semakin tereduksi sampai ke lantai. Meski demikian, jangan lupa proporsi ruang dalam dan konsepnya harus diperhatikan.

Soal model, biasanya rumah di daerah tropis sangat mungkin untuk dirancang dengan banyak bukaan. Sementara pada model rumah tradisional, hampir rata-rata penghuni merancang sistem penghawaan dari bagian atap rumah. ”Tapi pada prinsipnya, semua rumah yang Anda desain bisa tidak menggunakan AC, terkecuali pada daerah subtropis yang memiliki empat musim. Kalau lagi musim salju, mereka malah butuh heater,”

www.orde-baru.blogspot.com